-->

HINDARI MENGUCAP 7 KALIMAT INI PADA ANAK JIKA TAK INGIN MEREKA KASAR KETIKA DEWASANYA


HINDARI MENGUCAP 7 KALIMAT INI PADA ANAK JIKA TAK INGIN MEREKA KASAR KETIKA DEWASANYA
Memiliki anakseringkali dinilai bagai sebuah berkah. Namun nyatanya, mendidik dan merawat mereka sama sekali bukan hal yang mudah. Tak jarang anak melakukan hal yang sebenarnya tak sesuai dengan keinginan orangtua, sehingga hal ini pun mampu memicu kemarahan. Ketika marah inilah, kadang orangtua lupa untuk tidak mengucapkan kata-kata yang tidak seharusnya disampaikan pada si kecil. Saat balita anak lebih gampang menyerap apa yang disampaikan orangtua dan lingkungan sekitar. Jika menginginkan anak menjadi sopan dan nggak kasar saat dewasa, jangan pernah katakan 7 hal ini pada mereka ya ayah bunda.

1. “Kalau kamu nakal, Ibu akan meninggalkanmu di sini!” Kalau tak mau si kecil punya trauma, jangan katakan hal ini

Disadari atau tidak oleh ayah dan bunda, banyak orang tua seringkali mengancam dan menakuti si kecil dengan harapan mereka akan patuh. Dan tak banyak pula orang tua yang paham, bahwa ketakutan terbesar anak-anak kecil adalah tersesat sendirian dan merasa tidak aman. Karena itulah, perkataan ini bisa saja menimbulkan trauma pada anak hingga dewasa. Alangkah baiknya, jika orang tua mampu meluangkan waktu untuk menerangkan pada anak dengan cara yang cerdas atau menggunakan alasan masuk akal. Jangan mengambil jalan pintas dengan ancaman, karena malas menjelaskan ya.

2. “Jangan ganggu ibu, ibu sedang sibuk!” Walau kelihatan wajar untuk dikatakan, tapi perkataan ini bisa menimbulkan dampak psikologis pada anak

Ketika ibu memasak atau ayah sedang sibuk membaca koran misalnya, tiba-tiba si kecil datang mengajak bermain atau meminta bantuan. Dalam situasi seperti inilah, biasanya orangtua akan berteriak agar tak diganggu karena dirinya sedang sibuk. Satu hal yang mungkin tidak ayah dan bunda sadari, ketika hal ini terjadi maka anak-anak akan merasa kehadiran mereka tidak berarti, karena pada akhirnya mereka disuruh pergi. Kalau memang tengah berkutat dengan kesibukan, coba alihkan saja perhatian si kecil melalui kegiatan lainnya. Baru ketika sudah senggang, datangi dan bantu mereka.

3. “Dulu saat kakakmu kecil dia bisa begini, kenapa kamu tidak bisa?” Tolong jangan pernah membandingkan si kecil, apa ayah dan bunda mau jika si kecil tumbuh tanpa rasa percaya diri?

Membandingkan anak hanya akan membuat dia merasa bingung dan akhirnya jadi kurang percaya diri. Seringkali anak bahkan membenci orangtuanya, karena mereka selalu mendapat perlakuan buruk dari perbandingan tersebut. Entah membandingkan dengan saudara kandung, sepupu, atau teman dapat merusak ego anak. Jangan heran kalau saat dewasa kelak, anak malah punya perasaan rendah diri dan tidak percaya diri. Orangtua harus paham, tiap anak adalah individu yang berbeda. Mereka punya kepribadian tersendiri. Membandingkan seorang anak dengan anak yang lain, berarti kamu menginginkan anakmu menjadi anak yang berbeda. Biarkan mereka tumbuh menjadi dirinya sendiri.

4. “Jangan cengeng. Kenapa kamu menangis terus?” atau kata-kata serupa. Bukankah ayah dan bunda juga masih menangis saat dewasa? Apa yang salah dengan emosi ini?

Anak-anak masih belum mampu mengekspresikan emosi lewat kata, mereka hanya dapat menyalurkannya dengan cara menangis. Menangis adalah sebuah hal wajar kalau seorang anak merasa sedih atau ketakutan. Dan dengan mengatakan kata “jangan,” bukan berarti si kecil nantinya akan jadi lebih baik juga. Mengucapkan kata ini justru akan mengajarkan anak kalau perasaan sedih dan menangis adalah sesuatu yang tidak wajar. Padahal, menangis sendiri merupakan ekspresi dari emosi tertentu yang dimiliki setiap manusia. Menghadapi anak menangis akan lebih baik dengan meminta mereka menjelaskan apa yang membuat mereka sedih. Dengan begini, ayah dan bunda malah mengajarkan cara berempati.

5. “Kamu selalu membuat rumah berantakan,” atau “kamu tak pernah mau membereskan mainanmu.” Walau seringkali terucap secara eflex, belajarlah menghindari mengatakannya lagi dan lagi.

Kalimat “Kamu selalu …” atau “Kamu tidak pernah …” menyiratkan banyak makna negatif. Para psikolog menyebutkan bahwa dengan seringnya terlontar kata-kata macam ini, maka hal itu pulalah yang akan kerap dilakukan anak. Anak yang tak pernah membereskan mainan misalnya. Sebaiknya orangtua mempertanyakan saja, jangan main menghakimi dengan kata selalu atau tidak pernah. Bertanyalah tentang apa yang bisa kamu lakukan untuk membantu si kecil mengubah kebiasaannya. Misalnya, “bunda perhatikan kamu sering tidak membereskan mainanmu setelah selesai bermain. Apa mau bunda bantu? Ayo kita bereskan bersama.” Pernyataan macam ini akan membuat si kecil nyaman, merasa terbantu dan dihargai.

6. “Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja yang melakukannya!” Ayah dan bunda mau jika si kecil terus-terusan tidak bisa karena tidak belajar bagaimana caranya? Dan selalu kita ambil alih tugas mereka?

Kalimat ini sering terlontar saat orang tua tidak sabar melihat sistem kerja anak. Ketika bunda menyuruh anak menggunting atau melipat sesuatu misalnya, tetapi ternyata anak tidak melakukan seperti apa yang bunda inginkan. Akhirnya kalimat ini pun terucap, dan menjadi kesalahan besar. Setelahnya, anak jadi tak tahu bagaimana cara melakukan dan menyelesaikan sesuatu hal dengan benar. Ayahy dan bunda tidak mengizinkan anak berkembang. Alangkah baiknya, kalau bunda melakukan langkah kolaboratif dengan mengajak anak melakukan pekerjaan itu bersama sambil dijelaskan bagaimana cara melakukannya.

7. “Kamu nakal!” dan segala macam label negatif tentang diri anak akan menyakiti perasaan mereka. Karena bukan masalah sepele, ayah dan bunda harus mulai menghentikan kebiasaan ini

Anak bisa saja diibaratkan bagai sebuah spons. Mereka akan menyerap apa yang ada di sekitar mereka, terutama label yang diberikan oleh orangtua mereka sendiri. Kalau ayah dan bunda mengatakan bahwa si kecil gemuk, nakal, jelek, atau bodoh, jangan kaget kalau cepat atau lambat mereka akan menjadi seseorang dengan label yang ayah dan bunda berikan. Ubahlah kata-kata jadi penuh dengan energi positif. Dibanding, “kamu bodoh!” akan lebih baik kalau kamu mengatakan “Kalau kamu belajar dengan rajin, kamu bisa dapat nilai yang lebih baik dari ini lho. Tohkamu sebenarnya juga pintar.” Bukankah yang begini justru lebih enak didengar dan terkesan lebih menenangkan?
Walau mendidik dan merawat anak tak pernah gampang, tapi percayalah kalau ini bisa juga jadi hal yang menyenangkan. Sejak balita, orang tua harus ekstra waspada membuat perlindungan pergaulan mereka, termasuk apa yang pantas dan tidak pantas mereka dengar. Biar bagaimanapun, orangtua ialah pendidik pertama bagi anak-anaknya. Pikir ulang sebelum berkata ya, cepat atau lambat apa yang mereka dengar akan berpengaruh pada mental. Ubah kalimat negative menjadi positif agar si kecil memiliki motivasi dalam diri dan kepercayaan diri.


Disqus Comments

BBS Care Pro 1MHz Ultrasonic Massager and UB Serum Lifting and Toning Mesotherapy

Please see the attached photographs to see the quality of this product. I have tried my best to take every angle and detail for your conveni...